Makassar, 30 Agustus 2008
Melacak Pelaku MARK UP Harga Obat & Fasilitas Pendukung di Rumah Sakit Labuang Baji - Makassar
Inspeksi mendadak (Sidak), yang pernah dilakukan oleh Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, di rumah sakit yang terletak di bilangan Jalan Ratulangi, Makassar, menguak misteri terjadinya mark up. Indikasi korupsi inipun tengah dibenahi namun belum menemukan titik terang siapa yang selama ini mengangkangi.
Pada hal, Dr. Syafruddin Marmin sudah blak-blakan mengumbar borok yang selama ini terjadi di rumah sakit Labuang Baji dengan mark up harga obat-obatan yang dijual pada poliklinik dan pengadaan fasilitas medis pendukung, seperti Alat DENTAL X-RAY.
Hal itu dibuktikan dengan surat pemerintahan ataupun pengeluaran barang farmasi poliklinik gigi tertanggal 2 Juli 2008, dengan 12 item obat-obatan.
Tentang harga obat yang dimark up ataupun yang melonjak naik, Jarum Stojet Nomor 16 dengan harga perunit Rp643.500, sedang harga normal hanya berkisar Rp83.500. untuk eksponennya poliklinik RS. Labunag Baji menjual Rp700 ribu perbotol, sedang harga normalnya Rp398.500. Sedang obat Cloraethil Rp146.667 perbotol, dan harga normalnya hanya Rp60.000 perbotol.
Saat itupula Dr. Syarifuddin juga menambahkan, kualitas alat yang diadakan tidaklah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit tersebut, hingga saat ini alat tersebut keburu rusak sebelum digunakan..
Sementara itu, Wakil Kepala Badan RS. Labuang Baji, Dr. Mahdaniar Muin, M.Kes, ketika dimintai komentar, di ruang kerjanya, Jum’at (29/8), mengaku tak tahu menahu kondisi pengadaan yang ramai diperbincangkan. Malah ia mengakui, proses pengadaan tersebut tidak sempat terlihat di meja kerjanya.
Hal senada dipaparkan pula oleh Kepala Badan Pengelola RS. Labuang Baji, Dr. Bambang Arya, M.Kes, yang baru bertugas sebulan lamanya, nampak disibukkan mengurus kembali pengadaan yang tengah menjadi sorotan publik.“Maaf saya masih baru, jadi lebih dalamnya masalah itu belum saya ketahui secara pasti,” saat diajak bincang-bincang.
Nah, yang ditengarai menikmati hasil indikasi mark up oleh sejumlah kalangan, Kepala Instalasi farmasi, Rahmawati. Namun sayang ketika berusaha dikonfirmasi, ia jarang berada di ruang kerjanya. Dan iapun disebut-sebut berperan penting pada indikasi korupsi di rumahsakit ini. (Zulkifli Malik – INDOTIM NEWS)





