Kamis, Oktober 09, 2008

Flashback ANTON OBEY versi radionet.co.id

Tamu Kita: Anton Obey Wo Aini Indonesia! Mungkin 'kalimat' ini kerap kita dengar tiap menjelang Imlek.

Memang, saudara kita dari etnis Tionghoa sudah memiliki ruang yang lebih leluasa untuk bisa berekspresi. Atraksi barongsai sudah bukan atraksi yang bergerak undergrown. Masih lekang diingatan tentang bagaimana kaum etnis diperlakukan pada zaman2 orde baru.

Khusus di Makassar tahun 1997 lalu sempat terjadi banyak kerusuhan yang melibatkan kaum tionghoa dan pribumi. Waktu itu penjarahan terjadi dimana-mana.

Ini hanya flash back, mengingat tamu yang akan hadir sore ini, adalah seseorang yang sangat luar biasa, yang begitu bangga dengan statusnya sebagai 'orang Indonesia', bukan orang Indonesia keturunan. Baginya itu hanya stigma yang ditempel pada tubuh mereka, padahal mereka sama dengan orang pribumi. Sama-sama mencintai negara Indonesia.

Anton Obey, beliau adalah seorang pengusaha yang sangat gigih memperjuangkan kaum Tionghoa khususnya di Makassar dalam menghadapi setiap diskriminasi maupun intimidasi-intimidasi yang 'kurang bersahabat' dengan etnis China. Bermula dari kerusuhan September 1997 lalu itu yang menggerakkan Anton untuk 'mengembalikan' kemerdekaan etnis Tionghoa lewat Forum Komunikasi Bangsa yang dibentuknya. Beliau pun sangat berperan dalam 'hidup'nya kembali kawasan Pecinan di Makassar.

Anton kecil, lahir dari keluarga kaya. Keluarga pengusaha dari ayah, Hendrik Wijaya dan Ibu Yao Kusumawati Jaya Lestari. Namun kekayaan orangtuanya tidak pernah membuatnya tinggi hati. Orangtua dengan bijaknya mengajarinya bergaul dengan semua kalangan, setiap Imlek rumahnya dibanjiri orang2 dari semua kalangan, mulai dari tukang becak hingga pengusaha tenar waktu itu. Anton juga mengaku sejak kecil suka sekali sepak bola dan bermain dengan anak2, dan tidak pernah memandang dirinya sebagai China.

Tidak seperti pemuda pada umumnya, pemuda Anton, menolak ketika akan dimodali usaha oleh keluarganya. Karenanya dia diusir dari keluarga, Anton pun tidur diemperan2 toko, dan makan dari rumah teman ke teman. Usaha yang Anton rintis sekarang semuanya mulai dari nol. Warisan ortu pun semua diserahkan ke saudara2nya.

Saat ini Anton menjabat sebagai penasehat partai Golkar Tingkat Provinsi Sulsel. Jika sebagian orang China suka berniaga, Anton menyisihkan waktunya diantara kesibukannya sebagai pengusaha furniture, alat2 teknik pendidikan, alat2 kesehatan dan obat2an, beliau juga terjun ke politik, dan sangat kritis dalam setiap wacana2 politik yang membicarakan masa depan bangsa Indonesia ke depan.

Namanya tidak asing lagi bagi warga kota Makassar maupun masyarakat Sulsel. Terutama dikalangan etnis Tinghoa. Bagaimana tidak? Tokoh etnis Tionghoa ini di kenal sebagai orang yang selama ini sangat aktif melakukan pembauran antar etnis keturunan dengan masyarakat pribumi. Selain itu dia juga di kenal sebagai orang yang aktif di berbagai organisasi. Tidaklah mengherankan jika dia memiliki relasi yang banyak. Mulai dari kalangan pejabat, politisi, pengusaha, mahasiswa, hingga ke tukang becak.

Satu hal yang sangat menonjol dari sosok Anton, adalah sifat religiusnya, dan sikap yang selalu ditanamkan dalam hidupnya adalah sabar.

Anton mengungkapkan keinginannya membawa wacana tentang Keindonesiaan sebagai pencerahan. Dan memperkenalkan teori civil societynya atau masyarakat warga.

Sementara itu ia didampingi pula oleh Edi Lembong, Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa. Sosoknya yang turut memperjuangkan kesamaan hak dan pembauran etnis, akan ikut meramaikan Delta Siesta kali ini. Selamat mendengarkan.

File audio bisa di request melalui JDFI).
From : www.radionet.co.id / INDONESIA SIESTA 20 April 2005