Kamis, Oktober 09, 2008

ALKES IZRAEL MILIK PT. BERSAUDARA DILARANG MASUK WAJO


MAKASSAR, Upeks---Sehari setelah diberitakan, Bupati Wajo Andi Asmidin, meminta Kepala Dinas Kesehatan Wajo, dr H Abdul Azis M MKes, membatalkan item proyek Alat Kesehatan (Alkes) merek OraQuick (OQ) produk Israel, yang dipastikan belum melalui proses uji laboratorium departemen kesehatan RI.
"Bupati Wajo sudah meminta agar kepala dinas kesehatan menjelaskan ihwal pengadaan OQ," ujar 'IP' sumber Upeks. Sembari menambahkan bahwa hingga saat ini masih dipelajari, pihak manakah yang memasukkan OQ dalam daftar pengadaan Alkes tahun 2008.
IP menambahkan, setelah pemberitaan Alkes Israel beredar di Sulsel, PT Bersaudara, demikian juga Albertus Yap, Robert Lisangan, mengelak dan menyatakan mereka tidak mengetahui Alkes OQ. Namun IP memiliki bukti keterlibatan mereka dalam penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
Dari penelusuran yang dilakukan Upeks, diperoleh informasi yang menjadi penyandang dana ujicoba OQ di Indonesia adalah PT Biotech Farma, beralamat di Jl Cideng Barat, Jakarta Pusat. Biotech, adalah anak perusahaan dari PT Bersaudara, kantor perwakilan untuk wilayah Sulsel, terletak di bilangan Jl Lanto Dg Pasewang, Kota Makassar.
Defitra Eka Jaya, Branch Manager PT Bersaudara, Makassar yang coba dihubungi Upeks hingga malam tadi ponselnya di luar area. Hal yang sama juga pada Direktur CV Toba Medi Sarana, Yan Nainggolan, yang selama ini diketahui adalah perusahaan binaan PT Bersaudara. Kiprah PT Bersaudara di Sulsel, terbilang kuat, sejak tahun 2005 lalu, beberapa masalah dalam proyek Alkes, selalu terkait dengan Bersaudara.
Menurut ketua kajian penanggulangan penyakit menular, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Pandu Riono, sebelum dapat dipakai, tes kit harus melewati proses uji pada laboratorium rujukan nasional milik Depkes RI, atau Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Sebelumnya PT Biotech Farma yang merupakan grup PT Bersaudara telah melakukan uji coba mereka di Jakarta dan Depok, bekerjsama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) dan RSU Duren Sawit Jakarta, dengan biaya Rp6 miliar. Hasil penelitian dikeluarkan 18 Desember 2007. Salah seorang penelitinya bernama Iwan Ariawan.
Dari sejumlah analogi yang dikemukakan sumber Upeks, yang paling menarik adalah OraQuick mendefinisikan Human Immunodeficiency Virus (HIV) menyebar melalui kontaminasi darah, cairan mani, lendir vagina dan air susu ibu, tetapi OQ mendeteksi virus melalui air liur. "Ini agak aneh, jangan-jangan negara kita dijadikan ladang percobaan, dan penduduk kita jadi sukarelawan gratis bagi OraQuick, untuk penelitian strain baru virus HIV," kata sumber Upeks yang tak mau identitasnya dimediakan.
Peringatan Menteri Kesehatan RI, Siti Fadilah Supari, pada proyek Namru II, dan kecemasannya pada perang biologi, patut diperhitungkan dan dicermati dengan baik. "Boleh jadi ada upaya memanfaatkan kelemahan dinas kesehatan di daerah-daerah, dokter di puskesmas pedalam, bukan dokter di perkotaan," kata sumber Upeks itu, dengan nalar intelijennya. (Zulkarnain Hamzon)